IRT Tersenggol KA Babaranjang di Tanjung Raman, Keselamatan Perlintasan Rel Jadi Sorotan

Smatrizen — Suasana Desa Tanjung Raman, Kecamatan Ujan Mas, Kabupaten Muara Enim, mendadak mencekam pada Kamis (2/10) pagi. Seorang ibu rumah tangga (IRT) bernama Ana Diana (51), warga Dusun III desa setempat, tersenggol Kereta Api Batu Bara Rangkaian Panjang (Babaranjang) tanpa muatan sekitar pukul 10.00 WIB.

Korban ditemukan tergeletak di pinggir rel dengan kondisi luka serius. Menurut keterangan saksi mata, Asran (55), yang saat itu baru pulang dari kebun, ia melihat korban sudah terjatuh dan segera meminta bantuan warga desa. “Saya langsung menghubungi perangkat desa agar korban bisa cepat dibawa ke rumah sakit,” ujarnya.


Dari hasil pemeriksaan kepolisian, korban diduga tidak menyadari ada kereta yang melintas dari arah Palembang menuju Muara Enim. Tubuhnya tersenggol bagian samping rangkaian sehingga menyebabkan patah pada lengan kiri serta luka lecet di kaki. Korban segera dilarikan ke RSUD Dr. H. M. Rabain Muara Enim untuk mendapatkan perawatan intensif.

Kanit Lakalantas Polres Muara Enim, Ipda Dedy Halim, SH, membenarkan adanya peristiwa tersebut. “Benar, seorang warga tersenggol KA Babaranjang di Desa Tanjung Raman. Korban saat ini masih dalam perawatan medis. Kami terus melakukan penyelidikan untuk memastikan kronologi lengkapnya,” jelasnya.

Insiden ini menambah panjang daftar kecelakaan yang melibatkan KA Babaranjang di Kabupaten Muara Enim. Sebelumnya, pada Agustus 2025 sebuah mobil pikap bermuatan ikan milik warga Desa Gunung Megang tersambar kereta di perlintasan tanpa palang pintu. Bahkan, pada 2024 lalu, crane proyek flyover roboh dan menimpa rangkaian KA Babaranjang di kawasan Bantaian.

Deretan peristiwa tersebut menunjukkan adanya kerentanan sistem pengamanan perlintasan, khususnya di daerah pedesaan yang banyak memiliki jalur kereta tanpa palang pintu resmi.

Menurut para pemerhati transportasi, keselamatan perlintasan kereta tidak hanya menjadi tanggung jawab pengguna jalan, tetapi juga operator kereta api dan pemerintah. Papan peringatan, sinyal suara, hingga palang pintu harus dipastikan berfungsi optimal. Edukasi kepada masyarakat juga penting agar warga lebih waspada ketika beraktivitas di sekitar rel.

Kasus di Tanjung Raman menjadi alarm bahwa kesadaran masyarakat dan penguatan sistem keselamatan harus berjalan beriringan. Tanpa langkah nyata, risiko kecelakaan serupa akan terus mengancam.

Pihak kepolisian mengimbau warga untuk selalu waspada saat berada di sekitar rel kereta api. Sementara itu, masyarakat berharap PT KAI bersama pemerintah daerah bisa segera memperbaiki fasilitas keselamatan di perlintasan desa. “Rel kereta sudah lama menjadi bagian hidup kami. Yang kami butuhkan hanya keamanan, supaya tak ada lagi korban,” tutur salah satu warga setempat.(aep)